Violet Evergarden – Bab 2

Posted on Updated on

Bab 2

Si Gadis Kecil dan Si Auto-Memories Doll

 

Translator: Translucent

Editor: Logitechf1f4

Aku … teringat.

Bahwa seorang wanita telah datang.

Duduk di sana, dalam diam, dia akan menulis surat-surat.

Aku … teringat.

Sosok orang itu … dan sosok ibuku yang tersenyum penuh sayang.

Pemandangan itu … pasti …

Tidak akan kulupakan walau aku mati.


Amanuensis adalah sebuah profesi yang telah ada sejak zaman kuno. Dahulu sempat berada pada titik kehancuran karena popularitas Auto-Memories Doll, sementara profesi-profesi yang memiliki sejarah panjang dicintai dan dilindungi oleh tidak sedikit orang. Peningkatan jumlah boneka-boneka mesin amanuensis adalah yang menyebabkan para kolektor-kolektor barang-barang kuno menganggap profesi-profesi kuno lebih baik membiarkan daya tarik itu.

Ibu dari Ann Magnolia adalah salah satu dari orang-orang dengan selera yang sangatlah kuno. Dengan rambut gelap bergelombang, bintik-bintik di wajah, dan tubuh ramping, penampilan ibu Ann tampak mirip dengan Ann dan berasal dari keluarga kaya. Dia dibesarkan sebagai seorang wanita terhormat, menikah dan, bahkan setelah mulai menua, sesuatu tentangnya masih menyerupai seorang ‘wanita muda’. Senyuman lembut yang ditunjukkannya setiap kali tertawa dengan suara nyaring tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata oleh siapapun yang melihatnya. Melihat kembali ibundanya, bahkan sekarang, Ann pikir dia tampak seperti seorang gadis kecil. Dia cukup bersemangat meskipun dia ceroboh, dan kapanpun dia akan berkata dengan sangat antusias, “Aku mau mencoba ini!”, Ann akan menjawab dengan, “Ya ampun, ya ampun, lagi?”.

Dia sangat suka naik perahu dan balapan anjing, begitu juga dengan ikebana yang bisa ditemukan di sulaman pada selimut. Dia merupakan seseorang yang sangat suka belajar dan memiliki sifat seorang kolektor, dan jika dia pergi ke teater-teater, pastilah untuk menonton sandiwara-sandiwara romantis. Dia sangat menggemari renda-renda dan pita-pita, gaun-gaun dan gaun-gaun terusan kebanyakan serupa dengan putri-putri di cerita-cerita dongeng. Dia menurunkan kebiasaan itu pada putrinya juga, sebab dia menyukai pakaian pasangan orang tua-anak yang identik. Ann terkadang bertanya-tanya apa yang terjadi pada ibunya karena sering memakai pita-pita di usianya, namun tidak pernah sekalipun dia menanyakannya.

Ann mencintai ibunya lebih dari apa pun di dunia ini—bahkan lebih mencintainya daripada keberadaannya sendiri. Walaupun dia hanya seorang anak kecil, dia percaya hanya dialah yang dapat melindungi ibunya, yang bukan seseorang yang kuat dalam hal apa pun. Dia cinta mati pada ibunya.

Ketika ibunya sakit dan hari kematiannya semakin dekat, Ann untuk pertama kalinya bertemu dengan Auto-Memories Doll. Walaupun dia memiliki banyak kenangan bersama ibunya, yang selalu diingatnya adalah pada saat mereka menyambut seorang tamu misterius.

‘Orang itu’ muncul di suatu hari yang cerah. Jalanan bermandikan cahaya matahari musim semi. Di sebelahnya, bunga-bunga yang mulai bermekaran di antara salju berayun-ayun ditiup angin yang sepoi-sepoi, ujungnya bergoyang. Dari taman rumahnya, Ann mengamati cara berjalan ‘orang itu’.

Ibu Ann mendapat warisan sisi kiri atas rumah berasitektur barat yang tua namun bergaya itu dari keluarganya. Dengan tembok-tembok putih dan genteng berwarna biru, dikelilingi pohon-pohon birch tinggi, tempat tersebut tampak seperti ilustrasi yang keluar dari buku anak-anak. Kediaman itu terpencil, dibangun terpisah dan cukup jauh dari kota mereka yang makmur. Walaupun jika ada orang yang mencari di setiap arah, tidak ada rumah-rumah tetangga yang dapat ditemukan di sana. Itulah mengapa, jika ada tamu yang datang, mereka akan dapat dilihat dengan mudah dari jendela.

“Apa … itu?”

Mengenakan gaun dengan kerah berpita besar yang bergaris biru kehijauan, Ann terlihat biasa namun cantik. Matanya yang cokelat tua seperti hampir melompat keluar dari tengkoraknya, keduan mataya terbuka lebar. Ann lalu memerhatikan ‘orang itu’, yang berjalan ke arahnya di bawah sinar matahari, dan, dengan sepatunya yang dilapisi motif bunga, bergegas menuju taman dan kembali ke rumahnya. Dia melewati gerbang masuk depan yang besar, menaiki tangga spiral yang dipenuhi foto-foto keluarga dan membuka pintu yang dihiasi sebuah gantungan yang terbuat dari mawar-mawar merah muda.

“Ibu!”

Sementara putrinya terengah-engah, ibunya menegurnya, mengangkat sedikit tubuhnya di atas tempat tidur, “Ann, bukankah aku sudah mengingatkanmu untuk mengetuk sebelum masuk ke kamar seseorang? Dan, kamu juga harus meminta ijin.”

Setelah dinasihati, Ann menggumamkan ‘muh’ dengan kesal dalam pikirannya, namun membungkuk dalam-dalam untuk meminta maaf, kedua tangannya menggenggam keliman roknya. Mungkin ada yang akan bertanya-tanya apa perilaku itu yang disebut ‘sisi gadis bangsawan’-nya. Sebenarnya, Ann hanyalah seorang anak kecil. Tidak lebih dari tujuh tahun sejak dia dilahirkan. Lengan dan wajahnya masih tampak halus.

“Ibu, permisi.”

“Bagus. Ada apa? Apa kamu menemukan kumbang aneh di luar lagi? Jangan perlihatkan pada Ibu, oke?”

“Bukan kumbang! Tapi boneka berjalan! Yah, sebenarnya terlalu besar untuk sebuah boneka, dan itu tampak seperti boneka bisque[1] dari koleksi foto yang kausuka, Ibu.” Dengan kosakata yang terbatas, Ann bicara seolah-olah sedang sakit batuk. Ibunya mendecakkan lidahnya hingga berbunyi ‘tsk, tsk’.

“Maksudmu sebuah ‘boneka perempuan muda’, bukan?”

“Ayolah, Bu!”

“Kamu adalah putri dari keluarga Magnolia, jadi kata-katamu haruslah lebih anggun. Oke, sekali lagi.”

Menggembungkan pipinya, Ann dengan segan membenahi cara bicaranya, “Sebuah boneka perempuan muda yang berjalan!”

“Oh, benarkah itu?”

“Selama ini hanya mobil-mobil saja yang melewati rumah kita, bukan? Jika dia berjalan kaki, itu artinya dia turun di stasiun kereta api dekat sini. Orang-orang yang datang dari stasiun berarti menjadi tamu kita, bukan?”

“Itu benar.”

“Maksudku, tidak ada apa-apa di sekitar sini! Itu artinya wanita itu akan datang ke tempat ini!” Ann menambahkan, “Aku … merasa ini bukan pertanda bagus.”

“Jadi kita bermain detektif-detektifan hari ini, ya?” Kontras dengan Ann yang kebingungan, sang ibu menyimpulkan dengan tidak terburu-buru.

“Aku tidak main-main! Hey, ayo tutup semua pintu dan jendela … ayo tutup supaya si boneka ini … boneka wanita muda ini … tidak akan masuk kemari! Tidak apa-apa, aku akan melindungi Ibu.”

Sang ibu memberi Ann, yang dengan terang-terangan mendengus, sebuah senyuman yang dipaksakan. Dia mungkin berpikir bahwa itu hanyalah ucapan omong kosong khas anak kecil. Walau demikian, setidaknya, dia memutuskan untuk ikut serta dalam permainan itu, bangun dengan lesu. Keliman negligee[2]-nya yang berwarna peach terseret di lantai, dia berdiri di dekat jendela. Di bawah cahaya natural, siluet dari tubuh rampingnya dapat terlihat dari balik kain.

“Ya ampun, bukankah itu Auto-Memories Doll? Kalau dipikir-pikir, dia memang datang hari ini!”

“Apa itu ‘Auto-Memories Doll’ …?”

“Akan kujelaskan nanti, Ann. Bantu aku ganti baju!”

Beberapa menit setelahnya, sang ibu mendekati putrinya untuk mendandaninya dengan penuh gaya yang sudah menjadi tuntutan keluarga Magnolia. Ann tidak mengganti pakaiannya, namun memakai pita di kepalanya yang cocok dengan warna gaunnya. Ibunya, di samping itu, mengenakan gaun berwarna gading dengan renda berlapis, berikut selendang kuning terang di bahunya dan anting-anting berbentuk mawar. Dia menyemprotkan parfum yang terbuat dari tiga puluh macam bunga ke udara dan berputar, menangkap aroma harum di sekitarnya.

“Ibu, apa kau senang?”

“Lebih senang daripada berjumpa dengan pangeran asing.”

Itu bukan lelucon. Pakaian yang ibunya pilih adalah jenis pakaian yang hanya akan dipakai di acara-acara besar. Melihatnya seperti itu membuat Ann gelisah. Kegelisahan itu tidaklah menyenangkan.

—Aku tidak suka ini … akan lebih baik jika tidak ada tamu yang datang …

Anak-anak biasanya akan menanti-nanti tamu walau merasa sedikit gugup, namun Ann berbeda. Dikarenakan, sejak dia mengenal hal-hal di sekelilingnya, Ann berasumsi bahwa siapapun tamu yang datang karena ibunya yang polos akan menipunya untuk mendapatkan uangnya. Ibunya adalah seorang yang periang dan kunjungan tamu selalu membuatnya bahagia, jadi dia cepat memercayai siapapun. Ann menyayangi ibunya, namun pengelolaan keuangannya yang buruk dan ketidakwaspadaan yang tidak wajar sangatlah merepotkan.

Bahkan seseorang yang berpenampilan seperti boneka pun tidak menjamin mereka tidak mengincar posisi di kediaman mereka. Namun apa yang membuat Ann lebih waswas adalah penampilan si wanita yang sesuai dengan selera ibunya, dia dapat menyimpulkannya hanya dengan sekali lihat. Bagi Ann, tidaklah menyenangkan melihat ibunya tertarik dengan seseorang yang bukan dirinya.

Karena ibunya sudah berkata, “Aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya!” dan tidak mendengarkan Ann, mereka berdua pergi keluar untuk menyambut si tamu—hal yang tidak mereka lakukan setelah sekian lama. Ann menemani ibunya, yang terengah-engah setelah menuruni tangga, saat mereka berjalan keluar, menuju dunia yang dilimpahi cahaya mentari.

Warna putih dari kulit pucat ibunya, yang biasanya hanya bergerak di dalam mansion, begitu menonjol.

—Ibu … tampak lebih kurus dari biasanya.

Ann tidak dapat melihat dengan jelas wajah ibunya dikarenakan cahaya yang terlalu terang, tetapi merasa jika kerutan-kerutan di wajah ibunya bertambah. Hatinya serasa diremas-remas. Tiada yang dapat menghentikan kematian untuk menggapai sebuah tangan seseorang yang sakit.

Ann hanya seorang anak kecil, tetapi dia adalah satu-satunya penerus keluarga Magnolia setelah ibunya. Dia telah diberitahu oleh para dokter bahwa hidup ibunya akan segera berakhir. Tuhan tidak berebelas kasihan walaupun pada seseeorang berumur tujuh tahun.

—Jika itu alasannya, aku menginginkan Ibu untuk diriku sendiri sampai akhir.

Bila waktunya akan segera berakhir, Ann ingin ibunya menghabiskan waktunya untuk Ann seorang. Kemudian ada orang asing yang memasuki dunia si gadis yang memiliki pemikiran seperti itu.

“Permisi.” Sesuatu yang lebih berseri muncul dari jalanan hijau yang bermandikan cahaya matahari.

Begitu Ann melihat ‘benda itu’, perasaan tidak enaknya terungkap.

—Aah, jadi ini yang akan merebut Ibu dariku.

Mengapa dia berpikir seperti itu? Setelah melihat‘nya’, dia mengira itu adalah intuisinya yang bicara.

‘Benda itu’ adalah sebuah boneka cantik yang mempesona. Rambut emasnya bersinar seolah dia terlahir dari cahaya rembulan. Bola matanya yang berwarna biru berkilau bagai permata. Bibir yang merah cerah begitu penuh, tampak seperti habis ditekan kuat-kuat. Jaket berwarna Prussian blue dikenakan sebagai luaran gaun seputih salju yang diikat pita, tersemat bros zamrud yang tidak cocok. Sepatu bots bertali berwarna cokelat yang menapak dengan lembut di tanah. Meletakkan payung putih berenda dan bergaris biru kehijauan dan tas yang dipegangnya di rumput, ‘benda itu’ menunjukkan etika yang lebih elegan dibandingkan Ann di depan mereka berdua.

“Senang bertemu kalian. Aku pergi ke mana saja untuk melayani apa pun yang dibutuhkan klienku. Aku adalah Auto-Memories Doll, Violet Evergarden.”

Suaranya, seelok penampilannya, terngiang-ngiang di telinga keduanya. Setelah mengatasi keterkejutannya karena tercengang akan keelokannya, Ann menatap ibunya, yang tampak senang di sampingnya. Ekspresi yang terlukis di wajahnya bagai seorang anak kecil yang baru saja jatuh cinta, bintang-bintang berkelip di kedua matanya karena takjub.

—Dan, sudah kuduga, itu tidak bagus.

Ann menganggap si tamu yang cantik itu sebagai seseorang yang akan merebut ibunya jauh-jauh darinya.


Violet Evergarden merupakan sebuah Auto-Memories Doll yang bekerja di bisnis menulis otomatis. Ann bertanya pada ibunya mengapa dia menyewa orang yang seperti itu.

“Aku ingin menulis sejumlah surat untuk seseorang, tapi waktunya akan lama sekali, jadi aku ingin dia menulis untuk menggantikanku.” Ibunya tertawa. Memang, dia belakangan ini jarang sekali bergantung pada pelayan-pelayannya bahkan untuk mandi sekalipun. Menulis dalam jangka waktu yang lama pastilah terlalu sulit untuknya.

“Tapi, kenapa orang itu …?”

“Dia cantik sekali, bukan?”

“Ya, tapi …”

“Dia merupakan selebritas di industri tersebut. Kecantikan dan penampilannya yang mirip dengan boneka adalah sebab kepopulerannya, tapi katanya dia juga melakukan pekerjaannya dengan baik! Terlebih lagi, memiliki seorang wanita yang menulis surat-surat untukku berdua saja, dan membacakannya keras-keras padanya … kau tidak perlu menjadi seorang pria untuk membuatmu bergidik dengan ini!”

Ibunya mengagumi kecantikan, jadi Ann yakin bahwa itulah kenapa wanita muda itu yang dipilih ibunya.

“Kalau hanya surat … akulah yang seharusnya menulisnya.”

Mendengar pernyataan Ann, ibunya tertawa gugup. “Ann masih belum bisa menulis kata-kata sulit. Lagi pula … surat-surat ini adalah surat-surat yang tidak bisa kautulis.” Dengan kalimat terakhir itu, sudah jelas siapa yang akan menulis surat-surat itu.

—Tentu saja, Ibu akan menulis surat untuk Ayah, ‘kan …

Ayah Ann adalah, sederhananya, seseorang yang telah mengabaikan keluarga. Dia tidak pernah tinggal di rumah, walaupun tidak bekerja sebanyak itu, berhasil mengambil alih bisnis utama keluarga. Rupanya, ibu Ann menikahinya karena cinta, tetapi Ann sama sekali tidak mempercayainya. Tidak sekalipun ayahnya mengunjungi ibunya sejak dia jatuh sakit, dan saat mereka berpikir dia akan kembali setelah sekian lama, dia sebenarnya hanya mampir untuk mengambil vas-vas dan lukisan-lukisan dari rumah dan menjualnya, sebab dia hanyalah seorang pria malang yang mencari hiburan dengan judi dan alkohol.

Tampaknya dahulu, dia adalah ahli waris dengan masa depan yang menjanjikan. Namun beberapa tahun setelah menikah, keluarga dari pihaknya menghadapi masalah komersial dan hancur, jadi keuangan jadi bergantung pada keluarga Magnolia. Dan, dari apa yang dia dengar, tampaknya alasan di balik masalah itu adalah ayahnya sendiri.

Ann mempercayai semua itu dan membenci ayahnya. Walaupun dia pernah gagal sekali karena kegagalan bisnis, bukankah seharusnya dia melakukan yang terbaik? Bukan hanya tidak melakukannya, dia juga tidak peduli pada penyakit dan kebutuhan-kebutuhan ibunya, dan selalu melarikan diri. Itulah mengapa ekspresi Ann akan selalu berubah hanya karena mendengar kata ‘ayah’ dari mulut ibunya.

“Wajahmu begini lagi … sia-sia saja wajah imutmu.”

Kerutan di antara alis Ann tiada lagi karena jemari ibunya yang memijatnya. Ibunya sepertinya menyesal karena Ann membenci ayahnya. Tampaknya perasaan cinta padanya masih ada bahkan setelah diperlakukan dengan begitu buruk.

“Jangan berpikir terlalu buruk tentang ayahmu. Hal-hal buruk tidak berlangsung selamanya. Inilah yang ingin dia lakukan untuk sekarang ini. Dia menjalani hidupnya dengan serius. Itu benar. Walaupun jalan kami agak berbeda, jika kita menunggu, dia akan kembali kepada kita suatu hari nanti.”

Ann tahu hari itu tidak akan pernah tiba. Walaupun mereka benar-benar menunggu, dia tidak berniat untuk menyambut mereka dengan hangat. Jika semua yang dikatakan ibunya yang bergetar tanpa disadari benar terjadi, fakta bahwa dia tidak datang mengunjungi sang istri yang sedang sakit keras dan berulang kali dirawat di rumah sakit, bukanlah sebuah pelarian melainkan sebuah tindakan yang dilakukan demi cinta.

Ayahnya kemungkinan tahu bahwa istrinya tidak akan hidup lebih lama lagi.

—Keadaan baik-baik saja tanpa Ayah di sini.

Seolah-olah ayahnya tidak ada di sana sejak awal. Bagi Ann, ibunya adalah satu-satunya orang yang termasuk dalam kata ‘keluarga’. Dan orang-orang yang membuat sedih ibunya adalah musuh baginya, walaupun salah satu dari orang-orang itu adalah ayahnya sendiri. Siapapun yang mencuri waktunya bersama ibunya juga. Dan jika itu juga berlaku pada si Auto-Memories Doll yang datang karena permintaan ibunya, maka dia juga seorang musuh.

—Ibu milikku.

Apa pun yang dapat menghancurkan dunianya dan ibunya akan ditandai Ann sebagai musuh.


Ibunya dan Violet memulai proses menulis surat-surat sambil duduk di sebuah meja pada sebuah bangku antik berwarna putih di bawah payung, yang terletak di taman. Masa kontrak mereka satu minggu. Sepertinya sang ibu benar-benar bermaksud menggunakan jasa Violet untuk menulis surat-surat yang sangat panjang.

Mungkin surat-surat itu dialamatkan kepada lebih dari satu orang. Ketika dia masih sehat dulu, sang ibu biasa mengadakan pesta-pesta salon[3] dan mengundang banyak teman ke mansion. Akan tetapi, sekarang dia tidak memiliki kontak atau keterkaitan dengan orang-orang ini lagi.

“Jadi tidak ada gunanya menulis semua itu …”

Ann tidak mendekati keduanya, memata-matai gerak-gerik mereka sambil bersembunyi di balik korden. Dia sudah diberitahu untuk tidak mengganggu saat surat-surat ibunya sedang ditulis.

“Bahkan di antara orang tua dan anak pun, privasi itu diperlukan, bukan?”

Hal itu merupakan perintah yang kejam bagi Ann, yang selalu menempel pada ibunya.

“Aku penasaran apa yang mereka bicarakan. Dia menulis surat untuk siapa? Aku penasaran …” dia menempelkan pipinya pada bingkai jendela.

Memberikan mereka teh dan kudapan-kudapan bukan tugas Ann, namun para pelayan. Oleh karena itu, dia tidak dapat berpura-pura menjadi gadis baik untuk menguping urusan mereka. Yang bisa dia lakukan hanyalah menonton, sama seperti dia yang tidak bisa apa-apa terhadap penyakit ibunya.

“Kenapa hidupku harus seperti ini …” Walaupun dia mencoba untuk mengatakan kalimat yang seperti terkesan dewasa, karena dia hanyalah seorang anak berumur tujuh tahun, itu tidak memberikan efek apa pun.

Sambil memandangi mereka dengan ekspresi kesal, dia dapat menyadari beberapa hal. Keduanya bekerja dengan sangat tenang, namun terkadang mereka akan tampak sangat serius atau sangat menikmatinya. Di saat-saat menyenangkan, ibunya akan tertawa keras sambil memukul-mukul tangannya dengan kuat. Di saat-saat sedih, dia akan menghapus air matanya dengan sebuah sapu tangan yang dipinjamkan Violet.

Ibunya adalah seorang yang sangat emosional. Namun walau begitu, Ann pikir, bukankah ibunya terlalu terbuka kepada seseorang yang baru saja dia temui?

—Ibu akan ditipu lagi …

Ann mempelajari tentang kekejaman, ketidakpedulian, pengkhianatan, dan ketamakan orang-orang dari ibunya. Dia sangat khawatir pada ibunya, yang terlalu mudah mempercayai siapapun. Ann berharap ibunya akan mengetahui cara untuk mencurigai orang lain. Namun, sepertinya ibunya memang ingin mempercayai Auto-Memories Doll itu, Violet Evergarden, dengan misteri apa pun yang tersembunyi di dalam hatinya.


Selama menginap, Violet diperkenalkan di rumah itu sebagai seorang tamu. Saat jam makan, sang ibu mengajak si wanita muda untuk bergabung bersama mereka namun dia menolak. Ketika Ann bertanya mengapa, dia dengan dingin menjawab, “Karena aku ingin makan sendirian, Nona Muda.”

Ann pikir Violet itu aneh. Setiap kali ibunya dirawat di rumah sakit, tak peduli seberapa hangat makanan yang sudah disiapkan oleh para pelayan, semua itu tidak berasa apa pun. Makanan yang harus dia makan sendirian itu terlalu menjengkelkan. Itulah arti makanan.

Saat dia mendapati seorang pelayan hendak mengantarkan makanan Violet ke kamarnya, Ann meminta untuk melakukannya. Untuk mengetahui si musuh, pertama-tama dia perlu berinteraksi dengannya.

Menunya berupa roti lembut, sup sayuran dengan ayam dan kacang berwarna-warni, kentang dan bawang goreng yang ditaburi garam, bubuk bawang putih dan merica, daging panggan dengan saus dan sorbet pir sebagai hidangan penutup. Itu merupakan hal yang biasa di kediaman Magnolia. Walau bisa dibilang mewah, karena Ann tumbuh di lingkungan kaum bangsawan, terasa biasa saja untuknya.

“Mau bagaimana lagi, Ibu selalu mengabaikan ini. Kita perlu menambahkan daging untuk besok. Dan tidak ada sorbet; harus kue. Lagi pula … dia seorang tamu.”

Tidak melupakan keramah-tamahan apa pun yang terjadi merupakan hadiah dari keluarga yang baik.

Begitu dia sampai di depan sebuah pintu dari kayu oak—pintu kamar tamu, dia memanggil, dengan kedua tangan memegang nampan, “Heeey, waktunya makan malam.”

Suara gemerisik terdengar dari dalam, dan sesaat kemudian, Violet membuka pintu dan menjulurkan kepala keluar.

Setelah Violet begitu, Ann menggerutu, “Ini berat. Cepat ambil!”

“Aku sungguh minta maaf, Nona Muda.” Violet segera menerima nampan itu sambil meminta maaf, namun karena ekspresinya terlalu apatis, di mata seorang anak kecil, dia tampak menakutkan.

Ann mengintip dari pintu yang terbuka di belakang Violet, yang sedang menaruh nampan di sebuah meja. Kamar untuk tamu adalah sebuah ruangan yang dihias dengan indah yang selalu dibersihkan oleh para pelayan secara teratur. Dia melihat barang di atas tempat tidur. Barang tersebut adalah sebuah koper geret kulit yang dipenuhi stiker-stiker bea cukai dari berbagai negara. Koper itu terbuka, dengan sebuah pistol kecil menonjol dari dalamnya.

—Ah …

Beberapa saat dia tenggelam dalam pikirannya, Violet kembali tersadar. Seperti sebuah pertunjukan pantomim, keduanya bergerak dalam sinkronisasi yang sempurna.

Akhirnya, Violet tersadar. “Nona Muda, apakah sebuah senapan merupakan sesuatu yang biasa bagimu?”

“Kenapa dengan benda itu? Hey, apa itu pistol sungguhan?”

Karena Ann bertanya dengan riang, Violet menjawab, “Karena pertahanan diri merupakan suatu kebutuhan untuk wanita yang bertualang seorang diri.”

“Apa itu ‘pertahanan diri’?”

“Untuk melindungi diri sendiri, Nona Muda.” Saat dia menyipitkan matanya sedikit, tubuh Ann bergetar melihat gerakan bibir Violet. Jika dia sedikit lebih tua, si gadis mungkin akan mengenali reaksi tersebut sebagai tanda ketertarikan.

Seorang wanita yang mampu melumpuhkan orang-orang dengan kata-kata dan gesturnya tidak lain merupakan keajaiban. Ann merasa lebih terancam oleh pesona Violet daripada fakta bahwa dia memegang sebuah senapan.

“Jadi kau … menembak dengan itu?” Begitu dia meniru bentuk pistol dengan tangannya, lengannya seketika diluruskan oleh Violet.

“Tolong bagian ini lebih dieratkan lagi. Kalau tanganmu longgar, kau tidak akan bisa menahan rekoilnya[4].”

“Tapi ini tidak sungguhan … ini cuma jari.”

“Meski begitu, itu bisa digunakan sebagai latihan untuk saat-saat di mana kau membutuhkannya.”

Apa yang barusan dikatakan boneka otomatis itu katakan pada seorang anak kecil?

“Tahukah kau? Wanita tidak seharusnya menggunakan benda-benda semacam ini.”

“Tidak ada yang membedakan wanita dari pria dalam hal menggunakan senapan.” Saat Violet menjawab tanpa ragu, Ann pikir dia yang paling keren.

“Kenapa kau membawanya?”

“Tempat selanjutnya yang memanggilku adalah daerah konflik, jadi … tenanglah. Aku tidak akan menggunakannya di sini.”

“Tentu saja!”

Melihat sikap ketus Ann, Violet dengan enteng memaksakan diri untuk bertanya karena penasaran, “Apa di rumah ini tidak ada persenjataan semacam ini?”

“Rumah-rumah biasa tidak punya itu.”

Violet berekspresi kebingungan, “Lalu apa yang kamu lakukan jika seorang pencuri muncul …?” Tampak sangat ragu-ragu, dia menelengkan kepalanya. Saat melakukan itu, penampilannya yang seperti boneka tampak lebih jelas lagi.

“Jika ada orang seperti itu muncul, semua orang akan langsung tahu. Bagaimanapun, ini pedesaan. Sama seperti saat kau datang kemari.”

“Aku paham. Tingkat kejahatan yang rendah di daerah-daerah sepi penduduk bisa dijelaskan dengan ini.” Sambil manggut-manggut seolah dia mendapatkan sebuah pelajaran, dia tampak seperti anak-anak walaupun sebenarnya dia adalah orang dewasa.

“Kau … sedikit … aneh.” Ann berujar dengan tegang, menunjuk Violet dengan jari telunjuknya. Walau dia mengatakannya karena reflek, pada saat itu juga, sudut mulut Violet naik sedikit untuk pertama kalinya.

“Nona Muda, bukankah kau harus tidur? Terjaga hingga larut malam itu merugikan bagi para wanita.”

Disebabkan oleh senyuman yang tak diduga-duga itu, Ann sangat terpesona dan tidak dapat mengatakan apa pun lagi. Kedua pipinya yang berubah merah memberitahu keadaan detak jantungnya.

“A-aku akan tidur. Kau harus tidur juga, kalau tidak, Ibu akan memarahimu.”

“Baik.”

“Kalau kau masih terjaga hingga malam semakin larut, monster-monster akan datang untuk menyuruhmu tidur.”

“Selamat malam, Nona Muda.”

Ann tidak betah lagi berdiam di sini atau bahkan berdiri, dia segera meninggalkan tempat tersebut. Akan tetapi, saat dia berjalan menjauh, entah kenapa dia merasa penasaran, dia menengok ke belakang sesaat kemudian. Dia dapat melihat Violet memegang senapan di balik pintu yang masih setengah terbuka. Ekspresi Violet datar, jadi sulit untuk mengetahui perubahan suasana hatinya. Tetapi bahkan Ann yang masih sangat muda bisa memahami apa yang dirasakan si wanita pada saat itu hanya dengan sekali pandang.

—Ah … tampaknya …

Dia tampaknya seseorang yang suka menyendiri. Tidak sesuai dengan penampilannya, dia menggenggam sebuah senjata yang brutal dan garang. Ann tidak bisa membayangkan dirinya dekat dengan Violet, akan tetapi dia juga menjadi tidak asing dengan sarung tangan hitam yang membungkus tangan Violet. Ketika dia mencengkeram senapan itu dengan tangan yang sama dan menempelkan ujungnya di dahi, dia tampak seperti seorang peziarah yang tengah berdoa. Sebelum berbelok ke ujung aula, telinga Ann dapat menangkap doa yang Violet ucapkan.

“Tolong, berilah aku perintah.” Katanya pada seseorang.

Dada Ann tiba-tiba mulai berdegup keras.

—Wajahku panas. Pedih.

Dia benar-benar tidak mengerti mengapa jantungnya berdegup sedemikian keras, namun itu karena dia telah melihat sedikit dari kedewasaan seorang wanita dari diri Violet.

—Aneh. Meski aku tidak menyukai orang itu, aku tertarik padanya.

Ketertarikan hanya satu langkah jaraknya di belakang cinta. Ann belum mengetahui bahwa, terkadang, perasaan seperti ‘suka’ dan ‘benci’ dapat berganti dengan mudah.


Pengamatan Ann terhadap Violet berlanjut setelah kejadian itu. Sepertinya proses menulis surat-surat itu lancar, dilihat dari amplop-amplop yang semakin bertambah. Sesekali, Violet akan diam-diam melirik ke arahnya, membuat Ann penasaran apa si wanita menyadarinya yang mengintip dari balik jendela. Pada momen-momen itu, jantung Ann akan berdegup. Dia jadi memiliki kebiasaan memegang dadanya, sebab bajunya berkeriput di bagian itu.

Perubahan sikapnya pun berlanjut.

“Hey. Hey. Aku bilang, hey. Pasangkan pita di rambutku.”

“Dimengerti.”

Walaupun dia sedih karena ibunya dimonopoli oleh orang lain, dia tidak dapat marah.

“Ada apa dengan roti ini? Keras sekali, sampai-sampai tak bisa kugigit.”

“Aku yakin rotinya akan melembut jika kaucelup ke sup, bukankah begitu?”

Saat sedang rehat menulis surat, Ann tanpa disadari akan mengejar dan mengobrol dengannya.

“Violet. Violet.”

“Ya, Nona Muda?”

Tanpa disadari, alih-alih dipanggil dengan ‘kau’ yang bernada merendahkan, Violet dipanggil dengan namanya.

“Violet, bacakan aku buku, ayo menari dan menangkap serangga bersamaku di luar!”

“Tolong sebutkan urutannya dari yang paling penting, Nona Muda.”

Violet memang sulit untuk diajak bergaul, namun Violet tidak mengabaikannya.

—Dasar orang aneh. Sepertinya aku juga jadi aneh setiap kali bersamanya.

Sayangnya, Ann menjadi terobsesi dengan Violet.


Masa-masa tentram kemudian berakhir secara tiba-tiba. Ibu Ann menjadi sedikit lebih sehat beberapa hari setelah kedatangan Violet, namun kondisi fisiknya yang memang lemah lama-kelamaan semakin memburuk. Mungkin berangin-angin di luar adalah sebuah kesalahan. Dia demam, dan ribut-ribut karenanya sampai pada titik di mana seorang dokter dipanggil ke mansion.

Meski dalam keadaan seperti itu, dia dan Violet tidak menghentikan pekerjaan mereka. Sang ibu berbaring di tempat tidurnya sementara Violet lanjut mengetik surat-surat tersebut, duduk di sebelahnya.  Tanpa memikirkan kondisi ibunya, Ann mendatangi kamar tersebut dengan sikap cemas.

“Kenapa Ibu terlalu memaksakan diri untuk menulis surat-surat ini? Kata dokter ini tidak ada gunanya …”

“Kalau aku tidak menulisnya sekaang, aku tidak akan pernah bisa menulisnya. Tidak apa-apa. Lihatlah, karena … kepalaku tidak dalam keadaan bagus jadi, saat aku sedang membaca, akhirnya aku terkena demam begini. Sungguh tidak menyenangkan …”

Melihat ibunya tersenyum lemah, dia tidak dapat membalas senyuman itu. Senyuman itu merupakan senyuman yang mengiris-iris dada Ann. Semua momen menyenangkan hilang seolah itu semua hanyalah bohong belaka, dan realita yang pahit tiba-tiba kembali.

“Ibu, sudah, hentikan.”

Walaupun ibunya baik-baik saja sepuluh detik yang lalu, napasnya bisa saja akan berhenti dalam hitungan tiga menit. Rasa pahit karena hidup bersama seseorang yang seperti itu akhirnya muncul ke permukaan.

“Tolong, jangan tulis surat ini lagi.”

Jika melakukan itu dapat membuatnya demam … jika melakukan itu dapat memperpendek hidupnya …

“Tolong, tolonglah …”

…bahkan jika itu adalah apa yang diinginkan ibunya, Ann tidak ingin dia melakukannya.

“Hentikan!” Kegelisahan dan depresinya yang menumpuk meledak pada saat itu. Bahkan Ann sendiri juga terkejut dengan suaranya, yang keluar lebih keras dari yang dia duga. Hanya kali itu saja, dia mengatakan segala keegoisan yang normalnya tidak akan dia katakan pada siapapun, “Ibu, kenapa kau tidak pernah mendengarkanku? Apa kau lebih memilih untuk bersama Violet daripada aku? Kenapa kau tidak pernah menganggapku?!”

Tampaknya akan jauh lebih baik jika dia mengucapkannya dengan sikap yang manis. Dia dengan sengaja membiarkan semua kesulitannya tampak.

Dengan suara bergetar, dia akhirnya bertanya dengan nada menyalahkan, “Apa aku … tidak dibutuhkan?”

Apa yang dia inginkan adalah diperhatikan.

Ibunya menggelengkan kepala dengan mata terbelalak karena kata-kata putrinya, “Bukan begitu. Tidak mungkin itu penyebabnya. Ada apa denganmu, Ann?” Dia panik saat mencoba merubah suasana.

Ann menyingkirkan tangan yang terulur untuk menepuk kepalanya. Dia tidak ingin disentuh. “Ibu sama sekali tidak menyimak apa yang kukatakan.”

“Itu karena aku ingin menulis surat.”

“Apakah surat-surat itu lebih penting dariku?”

“Tidak ada hal yang lebih penting selain Ann.”

“Pembohong!”

“Aku tidak bohong.” Nada bicara ibunya begitu dalam dan penuh kesedihan.

Walau demikian, Ann tidak menghentikan argumennya. Hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan harapannya membuat kemarahannya ia lampiaskan. “Pembohong! Selama ini Ibu memang pembohong! Selama ini … selama ini,  semuanya hanya bohong! Ibu, kau bahkan belum sembuh sedikit pun! Walaupun kau bilang kau akan sembuh lagi!”

Setelah mengatakan hal yang seharusnya tidak dia katakan, Ann langsung menyesalinya. Kalimat itu biasa digunakan dalam pertengkaran tanpa cinta antara kedua orang tua dan anak. Namun hari itu berbeda. Ibunya, dengan wajah memerah akibat demam, diam-diam tetap tersenyum.

“Ibu … hey …” Ann memanggilnya dengan keadaan demikian. Suasana panas tadi tiba-tiba saja menghilang. Namun ketika dia mencoba untuk bicara, mulutnya dibungkam oleh sebuah sentuhan.

“Ann, kumohon, keluarlah sebentar.” Air mata meleleh dari mata ibunya yang tengah berbisik. Tetesan-tetesan itu gemetar lalu meluncur menuruni pipinya. Ann terkejut karena ibunya, yang selalu tersenyum kendati rasa sakit akibat penyakitnya yang harus dia tahan, membiarkan air matanya terlihat.

—Ibu menangis.

Karena ibunya merupakan seseorang yang tidak mudah menangis, Ann percaya bahwa para orang dewasa adalah makhluk yang tidak pernah menangis. Setelah menyadari bukan itu yang menjadi permasalahannya, kenyataan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang buruk bergema di pikirannya.

—Aku telah menyakiti Ibu.

Walau Ann tahu bahwa ibunya, lebih dari siapapun, tidak seharusnya mementingkan dirinya sendiri sebelum ibunya. Walau dia yakin tugas untuk melindungi sang ibu itu terserah padanya, dia telah membuat ibunya menangis.

“I-Ibu …” Dia mencoba untuk meminta maaf, namun diusir oleh Violet, yang terus menariknya keluar kamar seolah-olah tengah berurusan dengan seekor anak anjing. “Hentikan! Lepaskan! Lepas!” ucap Ann, tidak mampu melawan, ditinggal sendirian di koridor. Isakan ibunya dapat terdengar dari sisi lain pintu yang tertutup itu. “I … Ibu …” Dia berpegangan di sana, putus asa. “Ibu, hey …”

—Maaf. Maaf telah membuatmu menangis. Bukan itu maksudku.

“Ibu! Ibu!”

—Aku hanya ingin kau menjaga kesehatan tubuhmu. Agar … Agar … aku dapat terus bersamamu walau hanya sedetik lebih lama, jika memang bisa.

“Ibu …”

—Hanya itu saja.

“Ibu, hey!”

—Apa ini … salahku?

Karena frustrasi akibat tidak mendapatkan respons apa pun, rasa kesepiannya terulang. Dia mencoba untuk memukul-mukulkan kepalan tangannya ke pintu dengan keras. Tetapi, walau tidak menyakitinya, tangannya melemah dan terjatuh dengan lemas.

—Apakah aku seegois itu?

Seorang ibu yang sudah di ambang kematian. Seorang anak perempuan yang akan ditinggalkan seorang diri.

—Apakah bersama dengannya … adalah keinginan yang buruk?

Seorang ibu yang terus menulis surat-surat karena dia mungkin tidak dapat melakukannya di masa depan nanti. Seorang anak perempuan yang membencinya.

Air mata yang telah mengering kini hampir jatuh lagi. Ann menghela napas dalam-dalam dan berseru dalam satu tarikan napas, “Apa ada orang lain yang lebih penting bagi Ibu selain aku?!” Saat dia berteriak, dia mulai menangis. Suaranya teredam dan pecah. “Ibu, jangan menulis surat-surat lagi dan habiskan waktu bersamaku!” Anak itu memohon-mohon.

Menangis meraung-raung saat keinginannya tidak dapat dikabulkan merupakan hal yang dengan mudahnya dilakukan oleh anak-anak.

“Tanpa Ibu, aku akan sendirian! Hanya aku seorang! Sampai kapan ini akan berlangsung? Aku ingin terus bersama Ibu selama yang kubisa. Jika aku sendirian setelah ini, berhentilah menulis surat-surat itu … Sekarang, tetaplah bersamaku! Denganku!”

Itu saja; Ann hanyalah seorang anak kecil.

“Tetaplah bersamaku …”

Masih terlalu muda untuk melakukan apa pun, seorang bocah yang baru saja berusia tujuh tahun dan mengagumi ibunya.

“Aku ingin … tetap bersamamu …”

Seseorang yang, sesungguhnya, selalu, selalu meratapi nasib yang telah Tuhan berikan padanya.

“Nona Muda.”

Violet keluar dari kamar. Dia menunduk menatap Ann, yang wajahnya basah oleh air mata. Si gadis baru saja menganggap sikap itu sebagai sebuah perlakuan yang dingin, sebuah tangan terulur menuju pundaknya. Kehangatan dari sikap itu meredakan kebenciannya.

“Aku punya alasan untuk mencuri waktumu bersama ibumu. Tolong jangan marah padanya.”

“Tapi … Tapi … Tapi …!”

Violet menunduk untuk mensejajarkan pandangannya dengan si kecil Ann. “Jelas sekali kalau Nona Muda itu kuat. Bahkan dengan tubuh kecil seperti ini, kau merawat ibumu yang sakit. Anak-anak biasanya tidak akan protes atau peduli pada seseorang seperti itu. Kau merupakan orang yang sangat baik, Nona Ann.”

“Tidak seperti itu. Sama sekali tidak seperti itu … Aku cuma … ingin bersama Ibu sedikit lebih lama lagi …”

“Nyonya juga merasakan hal yang sama.”

Kalimat Violet hanya terdengar seperti belas kasihan. “Bohong, bohong, bohong, bohong … karena … dia lebih mempedulikan surat untuk seseorang yang tidak kuketahui itu daripada aku. Meskipun tidak ada orang lain di rumah ini yang mengkhawatirkan Ibu!”

—Semuanya, semuanya hanya mengincar uang.

“Cuma aku … cuma aku seorang yang mempedulikan Ibu!”

Cara sepasang mata berwarna cokelat itu melihatnya, para orang dewasa dan apa pun yang berkaitan dengan mereka ditutupi kebohongan. Pundaknya berguncang sementara air matanya menetes ke lantai. Diburamkan oleh air mata, pandangannya sama buramnya dengan apa yang dunia rasakan padanya. Berapa banyak hal di dunia itu yang bisa benar-benar dianggap sungguhan?

“Walau begitu …”

Si gadis muda percaya bahwa, tak peduli berapa lama dia akan hidup setelah ini, jika dunia dipenuhi dengan begitu banyak kebohongan dan pengkhianatan sejak awal kehidupan seseorang, masa depan tidak perlu tiba.

“Walau begitu …”

Hal-hal yang Ann anggap benar bisa dihitung dengan satu tangan. Semua itu bersinar tanpa henti di dunia yang palsu ini. Dengan itu, di dapat menoleransi segala macam ketakutan.

“Inilah yang terjadi … walau begitu …”

—Walau aku tidak akan memerlukan apa pun jika Ibu ada bersamaku …

“Walau begitu, Ibu tidak sama sekali tidak mencintaiku!”

Saat Ann berteriak, Violet meletakkan jari telunjuk di bibirnya dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat dengan mata manusia. Sejenak, tubuh Ann bergetar. Suaranya berhenti dengan sempurna. Di koridor yang sepi, isakan ibunya masih bisa terdengar dari balik pintu.

“Jika itu karena aku, kau bisa marah sampai puas. Pukul aku, tendang aku; aku tidak peduli apa pun yang kaulakukan. Tetapi … tolong jangan gunakan kata-kata yang akan membuat ibu yang kaucintai dan kauhormati merasa sedih, ini demi dirimu juga.”

Saat Ann diberitahu hal itu dengan wajah terluka, air mata lagi-lagi mulai tampak di kedua matanya. Tangisan yang telah dia sembunyikan dan dia telan kembali terasa segar dan menyakitkan. “Apa aku salah?”

“Tidak, kau tidak bersalah dalam hal apa pun.”

“Karena aku anak yang nakal, Ibu jadi sakit, dan … akan segera …”

—…meninggal?

Violet menjawab pertanyaan Ann sambil berbisik dengan nada yang masih sedikit datar, namun tidak tergesa-gesa, “Tidak.”

Air mata mengalir turun dari kedua mata Ann yang marah.

“Tidak, Nona Muda adalah orang baik. Penyakit tidak ada hubungannya dengan ini. Ini … adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi atau diselesaikan oleh siapapun. Seperti aku yang tidak lagi memiliki kulit selembut Nona sebagai pengganti lengan robotikku, hal itu tidak tidak bisa ditawar-tawar lagi.”

“Lalu, apa ini salah Tuhan?”

“Jika memang iya, ataupun bukan … kita hanya bisa berkonsentrasi pada bagaimana cara kita untuk menjalani kehidupan yang telah diberikan kepada kita.”

“Apa … yang harus kulakukan?”

“Untuk sekarang, Nona Muda … kau bebas menangis.” Violet merentangkan tangannya, bagian tangannya yang terbuat dari mesin menimbulkan suara pelan. “Kalau kau tidak mau memukulku, bolehkah kupinjamkan tubuhku sebagai gantinya?”

Itu bisa diartikan sebagai “kau bisa melompat dan memelukku”, walaupun dia tidak tampak seperti orang yang akan berkata seperti itu. Bisa dibilang, Ann dapat menangis dengan aman. Tanpa ragu, dia memeluk Violet. Apa dia memakai parfum? Dia tercium seperti banyak bunga yang berbeda-beda.

“Violet, jangan ambil Ibu dariku.” Dia berucap sembari membenamkan wajahnya di dada Violet, membasahinya dengan air mata. “Jangan ambil waktuku dengan Ibu, Violet.”

“Tolong maklumi itu hanya untuk beberapa hari lagi.”

“Kalau begitu, setidaknya katakan pada Ibu tidak apa-apa jika aku berada di sisinya selama kau menulis. Tidak apa jika kalian berdua mengabaikanku; aku hanya ingin dekat dengannya. Aku ingin berada di sisinya dan menggenggam tangannya erat.”

“Maafkan aku, tapi klienku adalah Nyonya, bukan Nona Ann. Tak ada yang bisa kulakukan untuk merubah ini.”

—Aku memang tidak tahan dengan orang dewasa, pikir Ann.

“Aku membencimu … Violet.”

“Maafkan aku, Nona Muda.”

“Kenapa kau menulis surat?”

“Karena orang-orang memiliki perasaan yang ingin mereka sampaikan pada orang lain.”

Ann tahu dia bukanlah pusat dari dunia ini. Bagaimanapun, semua tidak terjadi sesuai harapannya membuat air matanya semakin deras mengalir karena rasa frustrasinya. “Hal-hal semacam itu tidak perlu disampaikan …”

Violet hanya memeluk Ann yang cemberut sambil menggigit bibir karena merasa tidak senang. “Bukan surat namanya jika tidak disampaikan, Nona Muda.”

Tampaknya kata-kata Violet lebih ditujukan pada dirinya sendiri daripada si gadis kecil. Ann bertanya-tanya kenapa. Karena itu, entah mengapa, kalimat tersebut terukir tepat di dalam benaknya.


Kali ini Ann Magnolia menghabiskan waktunya bersama Violet Evergarden hanya selama seminggu. Ibunya dapat menyelesaikan surat-surat itu dalam sehari atau lebih, dan Violet meninggalkan mansion secara diam-diam setelah masa kontraknya habis.

“Kau akan pergi ke suatu tempat yang berbahaya, bukan?”

“Ya, karena seseorang sedang menungguku di sana.”

“Apa kau tidak takut?”

“Aku pergi ke manapun untuk memberikan layanan apa pun yang sekiranya dibutuhkan seorang klien. Itulah arti dari Auto-Memories Doll, Violet Evergarden.”

“Bisakah aku memanggilmu jika aku bertemu seseorang yang ingin kutulisi surat suatu hari nanti?” adalah yang ingin ditanyakan Ann.

Bagaimana jika wanita ini mati di tempat di mana klien selanjutnya berada? Bahkan jika tidak, bagaimana jika Ann tidak pernah menemukan seseorang yang bisa dia kirimi surat? Setelah dipikir-pikir, dia tidak dapat menanyakan pertanyaan itu.

Sesaat sebelum pergi, Violet melambaikan tangannya secara singkat. Beberapa bulan setelah dia meninggalkan rumah, penyakit ibunya semakin memburuk. Dia kemudian meninggal dunia. Orang yang merawatnya hingga akhir hayatnya adalah Ann dan seorang pelayan.

Sampai dia menutup mata, Ann terus berbisik, “Aku mencintaimu, Ibu.”

Sang ibu perlahan mengangguk, “Ya, ya.”

Pada suatu hari di musim semi yang hening dan tenang, ibunya tercinta meninggal dunia. Sejak saat itu, Ann selalu benar-benar sibuk. Untuk warisannya, setelah berdiskusi dengan para pengacara, sudah diputuskan untuk membekukan akun bank keluarga sampai dia cukup umur. Dia juga menyewa seorang guru privat untuk tinggal di mansion dan belajar keras. Karena dia benar-enar ingin menandai tanah itu dengan ingatan ibunya, Ann berusaha untuk menjadi seorang sarjana muda berkualitas yang memiliki pendidikan yang setara dengan ibunya.

Dia tidak pernah bertemu ayahnya lagi. Ayahnya menghadiri upacara pemakaman, namun mereka hanya bicara dua atau tiga kata. Setelah ibunya dimakamkan, ayahnya benar-benar tidak pulang lagi. Kesenangannya terhadap uang pun kemudian menghilang. Ann memang menanyakan secara langsung penyebabnya merubah pola pikir tersebut, namun dia percaya alasannya merupakan sesuatu yang baik.

Ann membuka kantor konseling hukum di rumah setelah lulus. Dia tidak mendapat penghasilan yang cukup, namun dia tidak lagi memiliki pelayan, jadi itu sudah cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Dia juga terlibat hubungan asmara dengan seorang pengusaha muda yang sering datang untuk konseling.

Karena Ann tidak bersedih bahkan setelah kehilangan ibunya pada usia tujuh tahun, orang-orang akan bertanya, “Bagaimana bisa kau tidak menangis?”

Dan Ann akan menjawab, “Karena ibuku selalu mengawasiku.”

Ibunya, tentu saja, sudah meninggal dunia. Tulang-belulangnya bersemayam di makam keluarganya di mana saudara-saudaranya dimakamkan dari generasi ke generasi.

Tetapi Ann akan berkata, “Ibuku selalu memperbaiki dan menjagaku selama ini. Bahkan hingga saat ini.”

Ada sebuah alasan kenapa dia menegaskan hal itu sambil tersenyum. Itu sepenuhnya berkaitan dengan saat-saat yang dia habiskan bersama Violet Evergarden.

Ulang tahun Ann yang kedelapan adalah ulang tahun pertama tanpa ibunya. Sebuah paket datang padanya di hari itu. Berisi sebuah boneka beruang besar berpita merah. Nama pengirimnya adalah nama almarhumah ibunya, dan hadiah itu disertai sebuah surat.

Selamat ulang tahun yang kedelapan, Ann. Mungkin banyak hal sedih yang terjadi. Mungkin ada beberapa yang harus kau usahakan dengan keras. Tapi janganlah menyerah. Walaupun kau mungkin kesepian dan menangis sedih, jangan lupa: Ibu akan selalu menyayangi Ann.


Tidak salah lagi, itu adalah surat yang ditulis ibunya. Pada saat itu juga, bayangan tentang Violet Evergarden muncul kembali di benaknya. Apa pelayanan seperti itu juga disertakan di pekerjaan menulis suratnya?

Dulu, meskipun ibunya bilang dia ingin menulis surat-surat, semuanya telah ditulis oleh Violet Evergarden. Jangan-jangan Auto-Memories Doll itu menulis semua surat itu dengan meniru tulisan tangan ibunya?

Ketika Ann menanyakan agen pos mengenai kiriman yang mengejutkan itu, dia diberitahu bahwa mereka telah menandatangani kontrak jangka panjang dengan ibunya dan harus mengirimkan hadiah-hadiah itu pada hari ulang tahunnya sepanjang tahun. Dan memang Violet Evergarden yang menulis surat itu. Surat-surat lain disimpan dengan hati-hati.

Ann belum diberitahu berapa lama surat-surat itu akan terus dikirimkan sebagai bagian dari rahasia kontrak, namun surat-surat itu terus datang pada tahun-tahun berikutnya. Bahkan setelah ulang tahunnya yang keempat belas.

Kau telah menjadi seorang wanita yang luar biasa sekarang. Aku penasaran apakah kau telah menemukan seoran laki-laki yang kausukai. Caramu bicara dan bertingkah agak kelaki-lakian, jadi berhati-hatilah. Aku tidak dapat memberi saran seputar percintaan, tapi aku akan melindungimu agar kau tidak akan berurusan dengan laki-laki nakal. Bagaimanapun, ini demi Ann, yang selalu lebih kuat dariku. Walaupun aku tidak melakukannya, aku yakin, jika kau yang memilih, orang itu akan menjadi orang yang baik. Jangan takut untuk mencintai.

Bahkan setelah usianya 16 tahun.

Apa kamu sudah bisa mengendarai mobil sekarang? Apa kau akan terkejut kalau Ibu sebenarnya dapat mengendarai mobil juga? Aku dulu sering menyetir. Tapi aku akan diberhentikan oleh orang-orang yang ikut berkendara bersamaku. Wajah mereka akan terlihat pucat.

Hadiah ulang tahunmu adalah sebuah mobil dengan warna yang cocok untukmu. Gunakan saja kunci yang tersedia. Tapi aku penasaran apa mobil ini sekarang dianggap sebagai model klasik. Jangan bilang ini kuno, oke? Ibu menantikanmu untuk melihat dunia yang berbeda.

Bahkan setelah usianya 18 tahun.

Aku penasaran apa kau sudah menikah sekarang. Apa yang harus kulakukan? Menjadi seorang istri di usia muda itu merepotkan. Tapi anakmu pastilah imut, laki-laki atau perempuan. Ibu yakin itu.

Aku tidak bermaksud untuk bilang menjadi orang tua itu sulit, tapi … hal-hal yang kau lakukan membuatku senang, hal-hal yang kau lakukan membuatku sedih … Aku ingin kau membesarkan anakmu dengan itu di pikiranmu. Tidak apa. Tidak peduli jadi  apa pun dirimu, aku di sini. Aku akan selalu ada di sisimu. Walaupun kau sudah menjadi seorang ibu, kau tetap putriku, jadi tidak apa-apa untuk menangis sesekali. Aku menyayangimu.

Bahkan setelah usianya 20 tahun.

Usiamu sudah 20 tahun sekarang. Luar biasa! Tak kusangka bayi kecil yang kulahirkan akan sebesar ini! Hidup memang aneh. Aku sedih karena tidak dapat melihatmu tumbuh menjadi seorang wanita muda yang cantik. Tidak, tapi aku akan mengawasiku dari surga.

Hari ini, besok, lusa; kau akan selalu cantik, Ann-ku. Walau orang-orang yang tidak menyenangkan mematahkan semangatmu, aku akan mengatakan ini sambil membusungkan dada: kau adalah wanita muda tercantik dan terkeren. Percaya diri dan majulah ke depan dengan tanggung jawab penuh terhadap masyarakat.

Kau telah berhasil hidup selama ini karena kau telah dirawat oleh banyak orang. Ini berkat struktur dari komunitas yang kau tempati. Kau telah banyak dibantu tanpa kau ketahui. Mulai sekarang, untuk membalas semua itu, tolong bekerjalah bahkan untuk bagianku.

Aku bercanda, maaf. Kau seorang pekerja keras, jadi mengatakan hal seperti ini terlalu berlebihan. Tetaplah kuat dan nikmatilah hidup, sayangku. Aku menyayangimu.

Surat-surat itu terus sampai padanya. Kata-kata yang ditulis ibunya dibacakan di benak Ann oleh suara yang kadang terlupakan olehnya.

Kembali lagi pada saat-saat itu, perasaan ibunya yang sakit dialamatkan kepadanya. Setiap surat merupakan kartu-kartu ulang tahun masa depan kepada putri tercintanya. Itu berarti orang yang selama ini dicemburuinya adalah Ann sendiri.

“Bukan surat namanya jika tidak disampaikan, Nona Muda.” Kata-kata Violet terngiang di telinga Ann di luar batas waktu. Surat-surat masih sampai padanya, bahkan sampai dia menikah dan memiliki seorang anak.

Dia—seorang wanita dengan rambut panjang ikal berwarna hitam yang tinggal di sebuah rumah besar yang terpencil miliknya sendiri, yang terletak jauh dari kota—akan memastikan untuk pergi keluar di pagi hari pada suatu hari di suatu bulan. Dia akan menunggu sambil mengamati pemandangan yang terhampar di hadapannya. Ketika suara sepeda yang dikendarai pak pos, dibalut mantel hijau, dapat terdengar, Ann akan berdiri dengan mata berbinar. Sosoknya ketika menunggu dengan gelisah sambil berpikir, “Apakah ini, apakah ini?” sangatlah mirip dengan almarhumah ibunya.

Si tukang pos sampai di kediaman itu, menyerahkan sebuah paket besar sambil tersenyum. Dia yang mengetahui soal hadiah-hadiah yang dikirimkan pada Ann setiap tahun itu juga mengucapkan kata-kata hangat, “Selamat ulang tahun, Nyonya.”

Ann membalas dengan mata cokelat tuanya sedikit basah, “Terima kasih.” Dan, akhirnya, dia menanyakan sesuatu yang ingin dia tanyakan sejak lama, “Hey, apa kau mengenal Violet Evergarden?”

Kantor pos dan bisnis amanuensis memiliki hubungan yang dekat. Saat Ann bertanya dengan jantung berdebar-debar dengan penuh bagaimana ‘bagaimana jika’, si tukang pos menjawab sambil tersenyum lebar, “Ya, dia terkenal sekali. Dia masih aktif. Saya permisi …”

Setelah si tukang pos berpamitan, Ann melihatnya sambil membelai hadiah itu dengan senyuman. Air matanya perlahan-lahan menetes. Masih dengan senyum, dia sedikit terisak.

—Ah … Ibu, kau dengar itu barusan?

Wanita itu masih bekerja sebagai Auto-Memories Doll. Orang yang dulu menghabiskan sebagian waktu bersamaya itu masih baik-baik saja, dan melanjutkan pekerjaan itu.

—Aku bahagia. Aku sangat bahagia, Violet Evergarden.

Dari dalam mansion, dia dapat mendengar suara memanggilnya, “Ibu!”

Dia menoleh ke arah suara itu. Seseorang melambaikan tangan dari jendela yang biasanya ditempatinya ketika sedang mengamati ibunya dan Violet. Seseorang itu adalah seoang anak perempuan dengan rambut bergelombang yang sangat mirip dengan Ann.

“Hadiah dari Nenek lagi~?”

Ann mengangguk pada putrinya yang tersenyum polos. “Ya, sudah datang!” menjawab dengan antusias, Ann membalas lambaian tangannya.

—Hey, Ibu. Dahulu, kau pernah bilang bahwa kau ingin memberikan semua kebahagiaan yang pernah kau rasakan pada anakmu, bukan? Kalimat itu … membuatku luar biasa senang. Kalimat itu benar-benar berpengaruh padaku, itu yang kupikirkan. Itulah kenapa aku melakukan hal yang sama. Ini bukan alasan untuk bertemu dengan orang itu. Itu bagian dari alasannya, tapi tidak sepenuhnya seperti itu. Aku, juga … punya perasaan yang ingin kusampaikan. Bahkan bertahun-tahun setelah pertemuan pertama kami, dia akan menulis tentang rasa sayangku untuk putriku. Violet Evergarden adalah wanita yang seperti itu—yang tidak akan mengecewakanmu. Malahan; dia adalah Auto-Memories Doll yang orang-orang ingin melihat pekerjaannya sekali lagi. Jika aku bertemu dengannya lagi, aku akan berterima kasih padanya dan meminta maaf padanya tanpa malu-malu. Lagi pula, aku bukan lagi gadis yang tidak bisa melakukan apa pun selain menangis.

Ann Magnolia tidak akan pernah melupakan si wanita yang merengkuhnya saat dia muda dulu.


Aku … teringat.

Bahwa seorang wanita telah datang.

Duduk di sana, dalam diam, dia akan menulis surat-surat.

Aku … teringat.

Sosok orang itu … dan sosok ibuku yang dengan tersenyum penuh sayang.

Pemandangan itu … pasti …

Tidak akan kulupakan walau aku mati.

 


Catatan Penerjemah:

[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Bisque_doll

[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Negligee

[3] https://en.wikipedia.org/wiki/Salon_(gathering)

[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Rekoil

 

 

Bab Sebelumnya | Halaman Utama | Bab Selanjutnya

2 thoughts on “Violet Evergarden – Bab 2

    kakiindah said:
    November 26, 2017 at 1:11 am

    pengen baca tapi…tapi…animenya udah mau rilis!!

    Like

    Arta said:
    March 25, 2018 at 3:18 am

    Bagus translatenya.. feelnya dapet, baru 2 chapter yg sya baca, dan smuanya bsa bikin sya menitikkan air mata. Semoga translatenya bsa dilanjutkan 🙂

    Like

Leave a comment